Buku yang bertolak dari nilai-nilai kemanusia yang dihargai oleh bangsa Indonesia, bertemu dengam nilai-nilai kemanusia oleh agama-agama. Penelitian antropologi budaya dalam penelitian agama-agama adalah citra kemanusiaan yang melekat pada agama-agama dalam usaha manusia mencari hubungan dengan ilahi yang di dalamnya ada persamaan dan perbedaan perspektif yang ditawarkan agama-agama.
Penulis mengakui keterbatasan tentang penghayatan agama lain dan menharapkan refleksi diri secara kultural dan penulisan kata pengantar oleh M Dawam Rahardjo yang mengutip pendapat Nathan Soderblom menarik untuk dikaji untuk mengenal kebudayaan dan agama sebab “ Ada dengan yang ada … Ada dengan Yang Ada…; Ada demi yang ada… Ada demi Yang Ada…”
Penulis membagi kepribadian manusia Indonesia tradisional berdasarkan pola hidup masyarakat dalam mencari nafkah yaitu kaum peramu, kaum petani petani ladang, kaum petani sawah dan kaum pesisir. Masing masing dari kelompok tradisional dipelajari 3 hal mendasar yakni : padangan hidup terhadap alam semesta, pandangan hidup terhadap alam sesama, pandangan hidup terhadap alam baka yang kemudian masuk dalam pemikiran pengintegrasian unsur unsur mentalitas setiap kelompok masyarakat tradisional dalam kepribadian Indonesia.
Penulis memutuskan mengambil model kelompok peramu adalah sejumlah suku di Papua dengan profil pekerjaan menanam wati (obat) dilakukan suku Marind, menanam tembakau suku Jahray sedangkan suku Marind, suku Jahray dan suku Asmat sama sama memelihara babi. Ternak hanya diikat dekat rumah dengan makan seadanya. Sebagai peramu maka suku-suku tersebut hidup dalam hutan-hutan dan rawa-rawa.
Suku peramu adalah pengembara yang dapat berpindah-pindah. Pemilihan suku Papua untuk mengamati kaum peramu di Nusantara suatu tindakan pengambilan sampel dapat mengambarkan maksud penulis mencari tahu akar budaya tradisional secara nyata. Pemilihan sampel yang benar pada masa sekarang sangat menunjang mengetahui gambaran yang sebenarnya dari kaum peramu yang hidup di Nusantara masa lalu.
Pengambilan sampel suku Papua adalah pilihan yang baik untuk menyaksikan dan memberi gambaran suku peramu. Contoh penelitian kaum peramu mengambarkan penelitian ditujukan untuk mencari kepribadian Nusantara yang dianggap regilius dengan akar budayanya sendiri.
Di luar kaum peramu, peneliti memaparkan hasil penelitiannya dalam buku kepribadian Indonesia yang sangat menarik disimak untuk mendapat gambaran akar budaya yang membentuk kepribadian guna melengkapi diri saat masuk pelayanan di lapangan. Suku peramu yang dijadikan sampel penelitian membuah kesimpulan, seperti :
- Merasa dirinya berada “dengan yang ada” atau “diantara yang ada”. Yang ada dimaksud antara lain: matahari, bulan, bintang, gunung, sungai, hutan, rawa, tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia lainnya.
- Manusia adalah oknum yang “berada dengan” Apa yang dialami dipandang sebagai hal yang “diberi” sehingga mentalitas produktif sangat minim atau tidak ada dan didonimasi sikap konsumtif. Selain konsumtif orang peramu adalah improvisator.
- Ia sadar bahwa ia memerlukan hidup bersama orang. Tetapi itu demi kepentingan sendiri.
- Memiliki keberanian dan harga diri tinggi sekalipun dalam lubuk sanubari ada rasa takut bahwa sesuatu yang diberi kepadanya dapat diambil daripadanya.
- Menyadari kerja sama. Ia rela memberi sumbangan asal ada imbalan yang pasti.
- Rasa hormat yang bersifat darurat. Hormat ditujukan antara lain: panglima perang, penasihat, penghubung dunia tak kelihatan.
- Adanya peraturan yang mengatur pernikahan yang merupakan wujud menentukan pergaulan dari orang berkuasa.
- Dalam kaum peramu ditemukan juga rasa sayang, belas kasih, hormat, segan sekalipun ada sikap resiprositas.
- Memandang segala sesuatu berjiwa tetapi bukan “diisi dengan roh”
- Orang yang meninggal menjaga ketertiban adat sebagai wakil langit & bumi.
- Konsep Allah adalah adanya satu jiwa yang besar yang menjiwai segala sesuatu.
Pola kepribadian Indonesia saat ini telah berubah karena proses modernisasi yang berlangsung dari dua jalur yakni jalur perubahan zaman dan jalur ketahanan diri. Dalam proses perubahan menghadapi masalah bagaimana mempertahankan nilai-nilai dan norma-norma itu dipertahankan dengan cara berpikir yang baru.
Modernisasi berkembang dari kota-kota ke desa-desa dan atau urbanisasi. Perubahan modernisasi memiliki kesamaan dengan proses kegiatan pelayanan yang membawa sesuatu yang dapat mengubah. Proses modernisasi di Papua yang menjadikan “orang hutan” menjadi orang kampung Kristen” bukanlah akhir dari proses modernisasi. Kaum peramu akibat modernisasi dapat “lakukan lompatan” sehingga sejajar dengan manusia moderen lainnya sekalipun ada yang tidak ingin mengikuti zaman baru.
Proses modernisasi yang terus bergerak yang dapat menguncangkan setiap latar belakang kepribadian yang membentuk worldview baru. Proses modernisasi kaum petani ladang menurut hasil riset penelitian menyatakan adanya perubahan di segala bidang akan tetapi sifat dan sikap keperibadian dipertahankan sehingga dalam bidang religi mentalitas percaya kepada roh roh halus dihayati kembali sekalipun telah beralih kepada agama monoteistis.
Proses modernisasi petani alami kekecewaan. Dengan adanya dampak negatif dengan petani sawah seperti pemakaian pupuk sintetis kimia seperti tanah mengeras, biaya produksi naik maka proses modernisasi petani ladang sangatlah menarik untuk terus diikuti perkembangannya di era abad informasi dan pasar global.
Proses kaum petani ladang dalam berasimilasi antara nilai lama-baru cukup berpengaruh mempengaruhi warna kepribadian Indonesia. Nilai baru dari kekristenan bila ditawarkan saat berada kekecewaan dan adopsi pertanian sistem tetes atau pertanian daerah Israel (hemat air) adalah hal menarik untuk dipelajari.
Proses petani sawah dalam alami dua hal utama yakni urbanisasi dan perkembangan ekonomi moderen. Modernisasi membongkar akar-akar kemasyarakatan asli. Aspek hirarkis aristokratis melalui administrasi birokratis maupun aspek keseimbangan demokratis melalui kesadaran politis mengalami perkembangan.
Petani menjadi moderen dan beda berjalan dalam perubahan. Arus kota akan semakin deras menerpa desa dan desa dapat bertubuh menjadi kota baru. Saat ini arus perubahan alami percepatan yang luar biasa.
Hadirnya proyek properti raksasa yang menyulap sawah dan ladang dalam waktu cepat menjadi kota satelit atau menjadi ibukota yang jauh lebih lengkap fasilitasnya ( contoh ibu kota kabupaten Bekasi, kabupaten Bogor) kiranya mendorong untuk terus mengikuti dinamika proses modernisasi yang masih berkelanjutan hingga saat ini.
Penelitian Y. Boelaars sangat bermanfaat untuk dipelajari dan dilanjutkan agar melalui hikmat marifat Roh Allah dapat turut mewarnai perubahan dalam percepatan kearah yang positif. Masyarakat pesisir alami modernisasi dan cocok untuk sikap orang yang suka berprestasi atas dasar persaingan gengsi.
Sekalipun masyarakat pesisir dianggap cocok dengan modernisasi namun meninggalkan sejumlah ketertinggalan bagi sejumlah orang. Dalam modernisasi akan melihat gelombang kejut yang mengejutkan. Perubahan yang direncanakan terkadang bertolak belakang dengan fakta yang terjadi dilapangan. Dalam modernisasi juga terjadi di dunia Islam.
Penelitian Y.Boelaars menyimpulkan kaum peramu konsumtif alami modernisasi menjadi produktif / kreatif di segala bidang. Petani ladang terikat/kolektif atas dasar darah dan desa menjadi keterikatan berdasarkan bakat dan kerelaan berfungsi dalam suatu ekonomi modern. Petani sawah yang religi menerima konsep Pancasila.
Penelitian berpendapat pengaruh modernisasi bukanlah hasil final sebab modernisasi masih terus berjalan. Perubahan iklim sebagai dampak negatif rumah kaca yang banyak dipengaruhi aktivitas produk moderen akan menguncang masyarakat pesisir. Segala sesuatu akan alami percepatan perubahan. Dampak modernisasi makin sulit diprediksi dengan pasti.
Dalam bab ke-2, Y.Boelaars menulis pendapatnya hal penghayatan agama sesuai dengan kepribadian Indonesia dengan studi Agama Kristen antara lain:
- Kekristenan menganut imanensi Tuhan dalam makhluk-makhluknya yang berbeda dengan agama-agama asli Indonesia.
- Titik dan pusat sentral di dalam Kristen adalah Yesus Kristus yang bangkit.
- Khotbah di bukit menjadi aturan moral.
- Tipe peramu menemukan agama Kristen, penerimaan atau penolakan tergantung pada keuntungan konkret pada waktu dan di tempatnya.
- Pengajaran nilai kesetiaan disampaikan dengan bijaksana terutama kelompok peramu.
- Petani ladang memberi penghormatan kepada leluhurnya dan menetapkan pola yang menjamin keamanan dengan mengikuti jejak leluhur, adat-istiadat.
- Penebusan dan pelepasan berbagai kekuatan yang menghapus ketakutan diperhatikan dalam pelayanan peladang.
- Kekristen mengubah mentalitas mendalam. Dari bagian ko-ilahi manusia menjadi alat dalam tangan Tuhan sendiri. Manusia menjadi ko-operator Tuhan dalam tangan Allah.
- Petani akan berjumpa dengan Allah Bapa yang baik hati yang memungkinkan menyerahkan diri kepada-Nya yang menebus dari ketakutan.
Dalam Bab mencari hubungan penghayat modern agama dan kepribadian Indonesia medern – suatu studi tentang Agama Kristen dapat menemukan beberapa hal yang menarik. Y. Boelaars menyimpulkan :
- Kekeristenan dari satu pihak mendorang peganutnya melibatkan diri dalam perkembangan penciptaan, namun dari pihak lain meminta kaum beriman janganlah melekat diri kepada hal duniawi sehingga tidak ada waktu dan tenaga untuk memperhatikan sesama dan Tuhan.
- Waktu dan uang bagian dalam proses produksi sehingga pemborosan waktu dan uang bila hidup dalam pergaulan tradisional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar