- Panca Indera. Untuk mereka yang berusia di atas empatpuluh tahun, hambatan dalam indera penglihatan, dan pendengaran sering terjadi. Penurunan daya-daya fisiologis manusia terjadi sejak di usia 35 tahun. Hal ini dapat menjadi faktor penghalang dalam kelanran kegiatan belajar.
- Ganguan pernafasan seperti yang disebabkan bronkhitis kronis, yang tentu saja dapat menganggu konsentrasi belajar. Kalau seseorang terus mnerusbtuk ketika kegiatan belajar berlangsung, maka hal itu dapat menganggu konsentrasi yang lainnya.
- Ganguan pencernaan, dapat mengnggu proses berpikir mengalami masalah.
- Ganguan kesehatan lainnya, termasuk penyakit diabetes yang membuat orang sering harus ke tiolet ketika acara pembinaan tengah berlangsung.
- Lemahnya motivasi. Ada dua jenis motivasi. Pertama, motivasi yang datang dari luar (eksternal) seperti pujian orang, suasana belajar yang menyenangkan, kawan-kawan yang mendukung dan menerima; atau adanya sanksi atau hukuman yang menantang kalau tidak mengikuti kegiatan dengan baik. Kedua, motivasi yang tumbuh dari dalam diri sendiri seperti rasa ingin tahu, perasaan puas dan bahagia. Peserta didik dewasa perlu mendapat bantuan dalam hal pembangkitan motivasi ini.
- Ketidakstabilan emosi, sulit menguasai diri, khusus dalam relasi dengan orang lain di dalam atau di luar rumah. Tidak jarang kita menemukan peserta pembinaan yang mudah tersinggung ketika pandangannya kurang berkenan bagi rekan-rekan.
- Pengalaman masa lalu - kekecewaan atau frustasi; pengalaman buruk dalam segi belajar disekolah atau diluar sekolah. Orang menjadi enggan berusaha untuk memahami hal-hal yang baru karena tidak merasa tidak berdaya atau kurang kompeten.
- Mekanisme pertahanan diri, yakni strategi yang dilakukan individu dalam menghadapi masalah seperi konflik --- rasionalisasi, represi, penyangkalan diri, substitusi, agresi, bersikap pasif, dll. Bila berhadapan dengan masalah, juga konflik, orang dewasa akan menunjukkan satu atau lebih mekanisme pertahanan diri di dalam menghadapi dan mengatasinya.
- Cara berpikir atau cara belajr -- tipe lamban atau cepat; tipe teliti atau tergesa-gesa; tipe analisis atau sintesis; ada pula tipe perasa dan pemikir. Perbedaan ini harus dipahami oleh pembina orang dewasa, supaya kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Kelebihan seorang peserta pembina dapat melengkapi kekurangan peserta lainnya.
- Kebimbangan peran. Hal ini terutama dialami oleh peserta didik dewas awal yang belum tuntas pencarian jati dirinya. Mereka ingin mencoba peran ini atau itu dan sebab itu menyibukkan diri dalam upaya itu. Hal demikian dapat mengngi tingkat konsentrasi.
- Suasana tidak akrab atau tidak bersahabat. Suasana diantara anggota kelompok yang kurang akrab atau kurang bersahabat dapat menganggu kegiatan belajar. Dalam situasi semacam itu perasaan sebagai "orang asing" (terisolasi) bertumbuh, menyebabkan rasa tidak aman dan tidak nyaman. Karena hambatan itu harus diatasi dengan baik dan berhati-hati. Upaya untuk mengakrabkan para peserta didik diperlukan sekali, seperti melalui ice-breaking lewat permainan.
- Beratnya tanggungjawab pemeliharaan atau rasa jenuh (stagnasi). Hal ini umumnya dialami oleh mereka pada tingkat usia dewasa paruh baya. Kegiatan belajr mengjar bersama orang dewasa harus sedemikian rupa menyenangkan, dan tidak dipenuhi dengan tugas-tugas yang berat. Apa yang dipelajari harus dirasakan bermanfaat di masa kini.
- Kecewa atas masa lalu. Perasaan kecewa atas perjalanan hidup dimasa lalu dapat terbawa aam kegiatan belajar mengajar yang diikuti orang dewasa. Mereka dapat mengungkapkan sikap pesimis atas apa yang sedang dipelajari. Muncul perasaan bahwa kegiatan yang ditempuhnya tidak membawa manfaat.
- Belum menjadi ciptaan baru di dalam Kristus (Bd. 1 Kor 2:14; 2 Kor 5:17). Hal ini membuat peserta didik kurang berminat atau tidak memahami hal-hal rohani yang kita ajarkan. Kita tahu bahwa dalam diri orang yang sudah dilahirkan kembali atau yang sungguh-sungguh percaya kepada Yesus Kristus, pekerjaan Roh Allah menjadi lebih nyata. Roh itulah yang membangkitkan berbagai potensi baru.
- Terlambat dalam pertumbuhan (lamban) (bd. Ibr 5:11-6:11). Jemaat penerima surat Ibrani dahulu memiliki sikap mental seperti ini. Ini berkaitan dengan sikap yang kirang memberi diri untuk segera maju di dalam iman. Dewasa ini pun banyak orang merasa kurang perlu bertumbuh dalam hal kerohanian. Mereka tidak melihat nilai dari iman itu sendiri dan dalam kehidupan nyata. Masalah iman dianggap hanya urusan masa depan di balik kematian. Kalau masih sehat mengapa harus memberi diri kepada aktifitas gereja? JAdi, mereka kurang memberi usaha dan pemikiran bagi perkembangan diri mereka sendiri.
- Adanya dosa yan menghambat (bd. Ef 4:30-32). Adanya dosa yang belum diakui dapat menganggu pekerjaan Tuhan dalam kehidupan kita. Akr pahit, kemarahan, pikiran cabul, keterlibatan dengan kuasa gelap, antara lain merupakan perkara serius yang menghambat proses dan keefektifan belajar. Karena itu orang dewasa perlu mendapatkan bimbingan rohani agar senantiasa memeriksa diri danmembereskan di hadapan Tuhan (bd. Ibr 12:1-3).
Sumber :weruah.wordpress.com/2009/10/22/kendala-belajar-orang-dewasa-termasuk-dalam-pa/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar