Teori mengenai kecerdasan emosional pertama kali dicetuskan oleh Salovey dan Mayer tahun 1990.Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai : himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.
Kecerdasan emosi pertama kali berasal dari konsep kecerdasan sosial yang dikemukakan oleh Thordike pada tahun 1920 dengan membagi 3 bidang kecerdasan yaitu
- kecerdasan abstrak (seperti kemampuan memahami dan memanipulasi simbol verbal dan matematika),
- kecerdasan konkrit seperti kemampuan memahami dan memanipulasi objek, dan kecerdasan sosial seperti kemampuan berhubungan dengan orang lain.
- Kecerdasan sosial menurut Thordike yang dikutip Goleman (2002) adalah kemampuan untuk memahami dan mengatur orang lain untuk bertindak bijaksana dalam menjalin hubungan, meliputi kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan interprersonal adalah kecerdasan untuk kemampuan untuk memahami orang lain, sedangkan kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan mengelola diri sendiri (Mangkunegara, 2005 sedangkan, kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage ouremotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
- Amsal 8:13 Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat.
- Amsal 14:2 Siapa berjalan dengan jujur, takut akan TUHAN, tetapi orang yang sesat jalannya, menghina Dia.
- Amsal 14:26 Dalam takut akan TUHAN ada ketenteraman yang besar, bahkan ada perlindungan bagi anak-anak-Nya.
- 2:5 maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah.
- 2:6 Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian.
- 2:7 Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya,
- 2:8 sambil menjaga jalan keadilan, dan memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia.
- 2:9 Maka engkau akan mengerti tentang kebenaran, keadilan, dan kejujuran, bahkan setiap jalan yang baik.
- Memberi label pada perasaan-perasaan mereka, lebih dari pemberian label pada orang maupun situasi;
- Membedakan antara pikiran dan perasaan;
- Bertanggungjawab terhadap perasaan-perasaannya;
- Menggunakan perasaan-perasaannya untuk membantu dalam membuat keputusan;
- Menunjukkan perhatian terhadap perasaan-perasaan orang lain;
- Merasa penuh energi, tidak pemarah;
- Membenarkan perasaan orang lain;
- Belajar mendapatkan nilai positif dari emosi-emosi negative mereka;
- Tidak menasehati, memerintah, mengontrol, mengadili atau menggurui orang lain;
- Menghindari orang-orang yang tidak membenarkan mereka, atau tidak menghargai perasaan-perasaan mereka;
- Adanya sifat ingin tahu dan menyelidiki dunia yang amant luas.
- Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju.
- Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman.
- Adanya uasaha untuk memperbaiki kegagalaan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koprasi maupun dengan kompetisi.
- Adanya usaha untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran.
- Adanya ganjaran atau hukuman sebagai konsekwensi dari belajar. (Suryabrata, 1998: 253)
Dalam kekudusan terkait dengan banyak aspek termasuk keseluruhan aspek yang disebutkan oleh Hein, Goleman. Dalam takut Tuhan, hidup akan sangat memperhatikan keadaan orang lain dan menjadi berkat bagi banyak orang.
Filosofi pendidikan Kristen didasarkan pada pandangan bahwa Allah pusat semua kebenaran yang adalah kebenaran Allah, dan bahwa Alkitab adalah terinspirasi dan satu-satunya Firman otoritatif sempurna Allah yang adalah kebenaran itu sendiri.
Allah menciptakan segala sesuatu dalam enam hari dan menopang segala sesuatu. Oleh karena itu, alam semesta dan manusia secara dinamis yang berhubungan dengan Tuhan dan memiliki tujuan memuliakan-Nya.Karena manusia adalah orang berdosa dengan alam dan pilihan, ia tidak bisa, bagaimanapun, memuliakan atau mengenal Allah.
Dia bisa melakukan ini hanya dengan memilih karunia keselamatan Allah melalui AnakNya, Yesus. Kristus, dengan demikian melakukan hidupnya pada ketuhanan Yesus Kristus. Melalui pertobatan yang mendatangkan Takut kepada Tuhan dan karunia hikmat-Nya menjadi bagian dari janji-Nya.
Pendidikan yang membina perserta didik dapat hidup lebih baik. Tanggung jawab bagi siswa / peserta didik meliputi spiritual, mental, intelektual, area fisik, sosial dan emosional sehingga tujuan pendidikan tercapai, yakni kehidupan yang lebih baik. Dengan takut kepada Tuhan dengan melakukan segala keinginan, dan memahami perasaan serta kehendak-Nya maka hidup akan lebih bermanfaat bagi diri sendiri dan sesama.
Sumber: weruah.wordpress.com/2011/04/03/takut-akan-tuhan-dan-kecerdasan-emosi-dalam-pendidikan-1/
Publikasi ~> Sun, 03 Apr 2011 11:24:13 +0000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar