Adam dan Hawa beranggapan dengan tindakanya dapat menutupi sesuatu yang dipandang tidak ideal menurut pemikirannya.
Manusia diperhadapkan dengan ide-ide agar dapat menampikan citra diri yang sempurna.
Penilaian Adam dan Hawa mengalami pergeseran. Pandangan Adam dan Hawa yang berorientasi kepada kebenaran, ketulusan dan hati nurani telah bergeser kepada penilaian mata secara jasmani. Konsentrasi manusia berubah kepada perkara-perkara jasmani.
Dalam 1 Samuel 16:7 berbunyi, ".... bukan apa yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia menilai apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati."
Tindakan Adam yang membuat pakaian adalah suatu tindakan yang bertujuan agar citra diri menjadi baik sekalipun tindakkannya tidak memuaskan.
Kejatuhan ke dalam dosa diikuti dengan tindakan untuk menutupi kekurangan, kesalahan menurut pandangan dirinya sendiri, dan bukan berdasarkan pandangan Pencipta.
Tindakan manusia mengarah kepada kebanggaan diri dan kebangunan diri. Dalam kondisi saat ini dapat menampilkan citra yang baik dengan seperti: menjadi anggota gereja, menjadi keluarga dan warga negara yang baik, melakukan kegiatan sosial. Tindakan yang ditampilkan membangun diri sesuatu yang diterima oleh semua manusia, tetapi cara pikir Allah berbeda dengan manusia. Allah lihat hati dan pikiran serta kehendak manusia bertindak bukan hanya tindakan yang nampak.
Allah mengetahui tindakan manusia yang bersembunyi dan membuat cawat dari daun ara. Allah yang memegang hukum-Nya, menghukum manusia, tetapi Allah memberikan pakaian yang lebih baik yaitu dari kulit binatang dan memberikan pelajaran kepada manusia cara mendapatkan pakaian yang berfungsi benar-benar sebuah pakaian.
Tindakan manusia cenderung menuruti logika berpikir, kemampuan intelektual dan mengabaikan "hikmat dan didikan" Tuhan yang membuat bijaksana. Kemampuan berkomunikasi dan mengenal isi hati Tuhan telah merosot sehingga Tuhan yang mengasihi manusia harus membuat peragaan yang dapat dilihat secara mata jasmani bagaimana menbuat pakaian yang layak.
Usaha dan tindakan manusia yang dilakukan sekalipun telah makan buah pengetahuan, tetaplah tidak memadai untuk memperoleh sesuatu yang layak, benar dan tepat menurut pandangan Allah.
Dalam kecenderungan mengambil keputusan sendiri berdasarkan logika, pengalaman, pengetahuan dan contoh maka manusia tetaplah harus merendahkan hatinya untuk belajar bergantung sepenuhnya kepada Allah, (sesuatu tidak mudah) dengan cara menempatkan Allah lebih besar dari segala kebanggaan dan kesanggupan dan memperhatikan segala ketetapannya sekalipun manusia tidak mungkin dengan sempurna melakukan seluruh hukum Allah.
Manusia berdosa, tetapi Tuhan memanggil, dan memberikan pertolongan sekalipun ada hukuman yang menanti karena Allah adalah adil, setia terhadap Firman-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar