Manusia telah jatuh sehingga memiliki kecenderungan lebih fokus memperhatikan apa yang kelihatan saja, manusia sudah alami kerusakkan untuk melihat yang tidak nampak dari sosok keberadaan Allah, kehendak-Nya, pikiran-Nya, dan perasaan-Nya. Hal yang nampak secara mata jasmani, itulah yang menentukan nilai dan derajat manusia.
Derajat Adam dan Hawa tiba-tiba merasa jatuh karena mereka menyadari ketelanjangannya dan tidak mau ketemu Allah sebab malu atas penampilannya. Manusia membuat pakaian dari daun ara.
Allah mengetahui keberadaan manusia, Allah Sang Pencipta mengerti manusia sekarang memerlukan pakaian yang layak dan manusia akan mengalami kematian.
Allah memberikan pendidikan kepada Adam dan Hawa. Allah membunuh binatang, darah binatang tertumpah dan kulitnya dijadikan pakaian.
Adam dan Hawa setelah jatuh dalam dosa diperkenalkan dengan peristiwa kematian sekali pun yang menjadi contoh itu yang alami binatang. Adam dan Hawa setelah jatuh dalam dosa diperkenankan membunuh binatang hanya untuk diambil kulitnya dan juga manusia menyaksikan peristiwa kematian.
Allah menyediakan pakaian dari binatang dikorbankan.
Allah mengenakan pakaian kepada mereka. Mereka mengenakan pakaian tersebut.
Adam dan Hawa yang telah berkreasi dan berusaha sebaik mungkin membuat pakaian, tidak menyangka pakaian yang dibuatnya harus ditanggalkan, dan ketika mengenakan pakaian buatan Allah, sesuatu yang aib tertutup.
Manusia tidak dapat menghindari melakukan tindakan yang memalukan. Saat melakukan tindakan yang memalukan manusia dengan segenap kekuatannya berusaha menutupi sesuatu yang memalukan. Tindakan manusia yang menutupi suatu aib, belum tentu berkenan dihadapan Allah. Allah mengetahui bahwa aib dari suatu yang memalukan tidak mampu diselesaikan oleh manusia.
Firman telah menjadi manusia dan menjadi Anak Domba Allah yang menanggung aib, dan melalui Dia, segala aib ditutupi dengan jubah Anak Domba Allah. Dengan tertutupnya aib tersebut manusia dapat dengan penuh keberani menghampiri tahta kasih karunia Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar