Dari catatan yang ada, orang Jerman di Pennsylvania Amerika Serikat memajang pohon Natal untuk pertama kalinya pada tahun 1830-an.
Pohon Natal bukanlah suatu keharusan di gereja maupun dirumah sebab ini hanya merupakan simbol agar kehidupan rohani kita selalu bertumbuh dan menjadi saksi yang indah bagi orang lain “evergreen”.
Pohon Natal (cemara) ini juga melambangkan “hidup kekal”, sebab pada umumnya di musim salju hampir semua pohon rontok daunnya, kecuali pohon cemara selalu hijau daunnya.
Legenda
Ada beberapa legenda/cerita yang beredar di kalangan orang Kristen sendiri mengenai asal mula pohon natal.
- Pengalaman “supranatural” Santo Bonifacius Menurut sebuah legenda, ada seorang rohaniawan Inggris bernama Santo Bonifacius yang memimpin beberapa gereja di Jerman dan Perancis. Suatu hari dalam perjalanannya dia bertemu dengan sekelompok orang yang akan mempersembahkan seorang anak kepada dewa Thor di sebuah pohon oak. Untuk menghentikan perbuatan jahat mereka, secara ajaib St. Boniface merobohkan pohon oak tersebut dengan pukulan tangannya. Setelah kejadian yang menakjubkan tersebut di tempat pohon oak yang roboh tumbuhlah sebuah pohon cemara.
- Martin Luther dan pohon cemaranya Cerita lain mengisahkan kejadian saat Martin Luther, tokoh Reformasi Gereja, sedang berjalan-jalan di hutan pada suatu malam. Terkesan dengan keindahan gemerlap jutaan bintang di angkasa yang sinarnya menembus cabang-cabang pohon cemara di hutan, Martin Luther menebang sebuah pohon cemara kecil dan membawanya pulang pada keluarganya di rumah. Untuk menciptakan gemerlap bintang seperti yang dilihatnya di hutan, Martin Luther memasang lilin-lilin pada tiap cabang pohon cemara tersebut. Maka jadilah sebuah pohon cemara dengan kelap kelip cahaya lilin yang menerangi rumahnya.
Kontroversi
Terlepas dari kebenaran kisah-kisah di atas, hingga hari ini pemasangan Pohon Natal masih menimbulkan pro dan kontra di kalangan umat Kristen. Bagi orang-orang yang tidak berkenan dengan pohon Natal, mengisahkan bahwa pada zaman dahulu bangsa Romawi menggunakan pohon cemara untuk perayaan Saturnalia, mereka menghiasinya dengan hiasan-hiasan kecil dan topeng-topeng kecil, karena pada tgl 25 Desember ini adalah hari kelahiran dewa matahari, Mithras, yang asal mulanya dari Dewa Matahari Iran yang kemudian dipuja di Roma. Demikian pula hari Minggu adalah hari untuk menyembah dewa matahari sesuai dari arti kata Zondag, Sunday atau Sonntag. Perlu diketahui juga bahwa dewa-dewa matahari lainnya, seperti Osiris, dewa matahari orang Mesir, dilahirkan pada tanggal 27 Desember. Demikian pula Dewa matahari Horus dan Apollo lahir pada tanggal 28 Desember.
Maka dari itu ada aliran-aliran gereja tertentu yang mengharamkan tradisi pohon Natal, sebab mereka menganggap ini sebagai pemujaan dewa matahari. Pemasangan pohon itu dianggap sebagai bentuk penyembahan berhala.
Reaksi penolakan itu bahkan awalnya sempat diwarnai keputusan pemerintah Jerman untuk mendenda siapa pun yang memasang pohon cemara sebagai pohon Natal.
Permasalahan hal pemujaan matahari adalah topik yang hadir jauh sebelum adanya pohon Natal. Pemazmur dalam Mazmur 84:12 Sebab TUHAN Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela. Pemazmur mendeklarasikan bahwa TUHAN ALLAH adalah Matahari memberikan cahaya, kehangatan, keindahan, untuk penciptaan, maka Tuhan adalah sumber kebahagiaan cahaya, sukacita, bagi jiwa yang melampaui kepercayaan bangsa bangsa yang memuja matahari yang menguasai siang.
Bandingkan:
- Yesaya 60:19 Bagimu matahari tidak lagi menjadi penerang pada siang hari dan cahaya bulan tidak lagi memberi terang pada malam hari, tetapi TUHAN akan menjadi penerang abadi bagimu dan Allahmu akan menjadi keagunganmu.
- Wahyu 21:23 Dan kota itu tidak memerlukan matahari dan bulan untuk menyinarinya, sebab kemuliaan Allah meneranginya dan Anak Domba itu adalah lampunya
- Wahyu 22:5 Dan malam tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.
Secara tradisional, pohon natal di Jerman dipasang dan dihias pada tanggal 24 Desember saat malam natal, hingga setelah dua belas hari yakni tanggal 6 Januari. Tetapi ada juga pendapat yang menyatakan bahwa kebiasaan memasang pohon natal pertama kali di Amerika dipopulerkan oleh tentara Jerman Hessian.
Jenis-jenis pohon natal yang biasa digunakan di Eropa:
- Silver Fir : Abies alba (the original species)
- Nordman Fir : Abies nordmanniana
- Noble Fir : Abies procera
- Norway spruce Picea abies (the cheapest)
- Serbian spruce : Picea omorika
- Scots Pine: Pinus sylvestris
- Balsam Fir : Abies balsamea
- Fraser Fir : Abies fraseri
- Grand Fir : Abies grandis
- Noble Fir : Abies procera
- Red Fir : Abies magnifica
- Scots Pine: Pinus sylvestris
- Stone Pine : Pinus pineaTradisi
Karena penggunaan pohon cemara merupakan tradisi Eropa, ekspresi sukacita yang dilambangkan dengan berbagai dekorasi itu berbeda-beda di setiap negara.
Indonesia dan Filipina menjadi negara yang sangat terpengaruh tradisi Eropa itu sampai akhirnya para umat Kristen membeli pohon buatan tapi yang penting berbentuk cemara.
Di Afrika Selatan keberadaan pohon Natal bukanlah sesuatu yang umum. Sementara masyarakat Ceko dan Polandia. Orang harus memotong dahan pohon ceri dan di India, lebih memilih pohon mangga dan pohon pisang (http://operatif.blog.com/2010/10/23/natal-dan-budaya/)
Sejalan gerakan melestarikan dan mengawetkan alam maka pohon natal telah digantikan dengan produk daur ulang dan yang menunjang kelestarian alam termasuk di dalamnya hadir kegiatan ekonomi yang melahirkan aneka produk pohon natal dan asoserisnya yang sejalan dengan kreativitas dan selera pasar.
Bagaimana dengan kita? Makna cemara yang "evergreen" atau "selalu hijau" yang melambangkan hidup kekal yang diberikan oleh Yesus dan diterima oleh iman kepada-Nya kiranya selalu menjadi saksi yang baik bagi orang lain, barang kali lebih penting untuk dipikirkan dan direnungkan disamping lampu lampu pohon natal yang memberikan cahaya, kehangatan, keindahan, untuk lingkungan sekitar serta untuk kemuliakan TUHAN sumber terang sejati. (Yohanes 1:4-6 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.)
Dalam keragaman budaya, memiliki makna penting, sesungguhnya Yesus Kristus telah datang ke dunia dalam budaya masing-masing budaya. Semuanya budaya berharga di mata Yesus Kristus, Supra Budaya.
Sumber: weruah.wordpress.com (shpirt.org)/2011/12/26/pohon-natal/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar