Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi. Hosea 6:3
Spirit
Arus Hayat
Fresh Juice
Our Daily
English
Mandarin
Russia
Bread
Thailand
Indonesia
Cambodia
Help make a difference in the lives of children in need. Now is the time to sponsor a child.
Yudas 1:25 Allah yang esa, Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin.

Rabu, 15 Mei 2013

Sejumlah Makna Dalam Simbolisasi Tumpeng di Nusantara


Tumpeng merupakan sajian nasi berbentuk kerucut dengan aneka lauk pauk yang ditempatkan dalam tampah (nampan besar, bulat, dari anyaman bambu). Tumpeng merupakan tradisi sajian yang digunakan dalam upacara, baik yang sifatnya kesedihan maupun gembira. Biasanya tumpeng dibuat ketika acara selamatan, seperti memperingati kelahiran anak, peresmian rumah dan gedung yang baru selesai dibangun, lulus sekolah, hingga naik jabatan.

Mengaitkan tumpeng dengan tradisi selamatan ini sangat identik dengan budaya khas suku bangsa di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa (Jawa, Sunda, dan Madura) dan Bali yang memandang tumpeng sebagai simbolisasi bersifat sakral. Meskipun begitu, banyak yang tidak memahami makna tumpeng, utamanya saja jika dilihat dari segi bentuknya. Karena yang lebih ditekankan adalah tradisi selamatannya.

Hanya Bali yang masih terasa pengaruh Hindu yang dominan; sedangkan Pulau Jawa lebih menunjukkan keunikan, karena meski adanya pengaruh Islam , namun yang terjadi adalah akulturasi antara unsur Hindu-Islam-dan budaya lokal (syncretism) dan kemudian masuk agama Kristen dengan memberikan makna lain.

Sejarah Nusantara tidak dapat dilepaskan pengaruh Hindu tersebut masih terjaga, bahkan hingga masa-masa kemudian telah menyatu sebagai bagian dari tradisi lokal di kalangan pemeluk keagamaan apapun di Indonesia. Selain itu, bukan hanya di lingkungan masyarakat pribumi; pada masa kolonial orang-orang Belanda dan keturunan (Indo) juga bahkan kerap melakukan tradisi selamatan dengan menyajikan tumpeng dan nasi kuning ketika sedang memperingati ulang tahun anak-anaknya, peresmian rumah yang baru dibangun, dan perpisahan seorang pejabat pemerintah yang dipindah tugas ke daerah lain dengan konsep yang berbeda.

Pembahasan dalam tulisan ini dibagi menjadi makna tumpeng berdasarkan kepercayaan Agama Hindu, Budaya Jawa (+Islam) dan Kepercayaan Kristen.

Sekilas makna dalam Kepercayaan Hindu.
tradisi tumpeng dan juga selamatan itu sendiri terdapat unsur pengaruh Hindu yang kuat. Selain disertai dengan ritual berdoa untuk keselamatan bersama, tradisi tumpeng juga bisa dilihat dari simbolisasi tumpeng dengan bentuk kerucutnya (trapezium) yang mengingatkan pada bentuk miniatur gunung. Dan gunung sendiri bagi penganut Hindu diberi istilah méru, representasi dari sistem kosmos (alam raya).

Pada masa kerajaan Hindu-Budha berkuasa di Indonesia, konsep méru ini dapat dilihat dari penempatan keraton (tempat tinggal raja) yang terletak di sekitar rangkaian pegunungan. Misalnya, Keraton Suradipati Kerajaan Sunda di Pakuan Pajajaran terletak di sekitar tiga rangkaian pegunungan, yaitu Gunung Salak, Pangrango, dan Gedé (di wilayah Bogor sekarang).

Jika dikaitkan dengan bagian kemuncak tumpeng, maka hal itu melambangkan Tuhan sebagai penguasa kosmos; adapun aneka sayur dan lauk-pauk yang ditata di bagian bawah tumpeng melambangkan kehidupan (tumbuhan, hewan, dan manusia).

Dalam kepercayaan Hindu-Jawa, alam terdiri dari alam tumbuh-tumbuhan, alam binatang, dan alam manusia. Di sini, alam tumbuh-tumbuhan diwujudkan melalui bahan-bahan, misalnya kacang panjang, urap , dan sayur kangkung; Alam fauna diwujudkan melalui daging hewan seperti ayam, kambing, sapi, dan babi ; adapun alam manusia diwujudkan dalam bentuk nasi tumpeng itu sendiri.

Maka jika memaknai bentuk tumpeng, terkandung harapan bagi yang mengadakan sebuah seremoni, yaitu kehidupan bisa semakin baik, menanjak naik dan tinggi seperti halnya bentuk kemuncak tumpeng itu sendiri. Misalnya bayi yang baru lahir diharapkan menjadi anak yang pintar dan sukses di masa depan; atau seseorang yang meninggal dapat menikmati kehidupan yang lebih baik di alam kematian. Filosofinya sederhananya saja: bentuk kerucut melambangkan gunungan (méru) sebagai sifat awal dan akhir, simbolisasi dari sifat alam dan manusia yang berawal dari Tuhan dan akan kembali lagi (berakhir) pada Tuhan. ( Dalam tumpengan Hindu, daging Babi sesuatu yang lazim.... perhatikan padangan Hindu tentang Babi).

Sekilas makna dalam budaya Jawa. Tumpeng yang menyerupai Gunung menggambarkan kemakmuran sejati. Air yang mengalir dari gunung akan menghidupi tumbuh-tumbuhan. Tumbuhan yang dibentuk ribyong disebut semi atau semen, yang berarti hidup dan tumbuh berkembang. Nasi putih: berbentuk gunungan atau kerucut yang melambangkan tangan merapat menyembah kepada Tuhan. Juga, nasi putih melambangkan segala sesuatu yang kita makan, menjadi darah dan daging haruslah dipilih dari sumber yang bersih atau halal.

Bentuk gunungan ini juga bisa diartikan sebagai harapan agar kesejahteraan hidup kita pun semakin “naik” dan “tinggi”. Ayam: ayam jago (jantan) yang dimasak utuh ingkung dengan bumbu kuning/kunir dan diberi areh (kaldu santan yang kental), merupakan symbol menyembah Tuhan dengan khusuk (manekung) dengan hati yang tenang (wening). Ketenangan hati dicapai dengan mengendalikan diri dan sabar (nge”reh” rasa).

Menyembelih ayam jago juga mempunyai makna menghindari sifat-sifat buruk (yang dilambangkan oleh, red) ayam jago, antara lain: sombong, congkak, kalau berbicara selalu menyela dan merasa tahu/menang/benar sendiri (berkokok), tidak setia dan tidak perhatian kepada anak istri. Ikan Lele: dahulu lauk ikan yang digunakan adalah ikan lele bukan banding atau gurami atau lainnya. Ikan lele tahan hidup di air yang tidak mengalir dan di dasar sungai. Hal tersebut merupakan symbol ketabahan, keuletan dalam hidup dan sanggup hidup dalam situasi ekonomi yang paling bawah sekalipun. Ikan Teri / Gereh Pethek: Ikan teri/gereh pethek dapat digoreng dengan tepung atau tanpa tepung. Ikan Teri dan Ikan Pethek hidup di laut dan selalu bergerombol yang menyimbolkan kebersamaan dan kerukunan. Telur: telur direbus pindang, bukan didadar atau mata sapi, dan disajikan utuh dengan kulitnya, jadi tidak dipotong – sehingga untuk memakannya harus dikupas terlebih dahulu. Hal tersebut melambangkan bahwa semua tindakan kita harus direncanakan (dikupas), dikerjakan sesuai rencana dan dievaluasi hasilnya demi kesempurnaan.

Piwulang jawa mengajarkan “Tata, Titi, Titis dan Tatas”, yang berarti etos kerja yang baik adalah kerja yang terencana, teliti, tepat perhitungan,dan diselesaikan dengan tuntas. Telur juga melambangkan manusia diciptakan Tuhan dengan derajat (fitrah) yang sama, yang membedakan hanyalah ketakwaan dan tingkah lakunya. Sayuran dan urab-uraban: Sayuran yang digunakan antara lain kangkung, bayam, kacang panjang, taoge, kluwih dengan bumbu sambal parutan kelapa atau urap. Sayuran-sayuran tersebut juga mengandung symbol-simbol antara lain: kangkung berarti jinangkung yang berarti melindung, tercapai. Bayam (bayem) berarti ayem tentrem, taoge/cambah yang berarti tumbuh, kacang panjang berarti pemikiran yang jauh ke depan/innovative, brambang (bawang merah) yang melambangkan mempertimbangkan segala sesuatu dengan matang baik buruknya, cabe merah diujung tumpeng merupakan symbol dilah/api yang meberikan penerangan/tauladan yang bermanfaat bagi orang lain. Kluwih berarti linuwih atau mempunyai kelebihan dibanding lainnya. Bumbu urap berarti urip/hidup atau mampu menghidupi (menafkahi) keluarga.

Sekilas makna dalam Kristen. Tumpeng dibuat kerucut Sebab tumpengan terkait selamatan tidak dapat dilepaskan dari Itulah bukit Golgota.Tumpeng yang melambangkan makna Keselamatan, rejeki, kesucian berbentuk kerucut sebagai simbol bukit Golgota dimana Firman yang menjadi manusia memikul dan menebus dan memberikan kasih karunia-Nya sehingga manusia disucikan, selamat dan mendapatkan berkat Tuhan yang ISTIMEWA.

Tumpeng ditandai di puncak kerucut selalu ditancapkan Cabe Merah. Cabe merah Itulah simbol Salib Kristus yang berlumur darah merah. Melalui Salib mengalir air kehidupan yang menbuahkan kesucian, keselamatan dan aneka berkat Tuhan untuk kehidupan manusia.

Dalam Agama Kristen yang mendapatkan tekanan terletak dalam daging ayam yang harus muda sebagai simbol Yesus yang berusia muda tatkala disalibkan. Sementara bahan-bahan lain yang menyertai Tumpeng, biasanya disebar di bawah kerucutnya adalah simbol lautan manusia yang berkerumun disekelilingnya dalam kerangka menjadi saksi kematian Anak Manusia di kayu salib.
  • Perkedel adalah kita.
  • Abon adalah kita.
  • Kedelai goreng adalah kita.
  • Telur dadar/goreng adalah kita.
  • Mentimun adalah kita.
  • Daun seledri adalah kita.
  • Tempe kering adalah kita.
  • Serundeng adalah kita.
  • Urap kacang panjang adalah kita.
  • Ikan asin adalah kita.
  • Lele goreng adalah kita.
  • Hewan darat adalah kita.
  • Sayur mayur adalah kita.
Semua yang ada di bawah tumpeng yang aneka jenis semuanya mendapatkan pengampunan dosa sehingga kudus/suci, selamat dan dinaungi berkat karena Tuhan Yesus, Firman menjadi manusia telah menebus di Salib Bukit Golgota. Kematiannya untuk menebus dosa-dosa kita adalah ajaran penting tentang keselamatan bagi setiap orang yang menerimaNya. "..........Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya. (1 Timotius 4:10)

Kematian Kristus di kayu salib adalah perdamain Tuhan dan manusia, kematian Yesus adalah untuk mendamaikan manusia dengan Allah. Dan untuk hal inilah seseorang menciptakan Nasi Tumpeng untuk mengingatkan hal itu di negri ini yang masih ada keraguan akan Kristus Yesus Juru Selamat semua umat. "Terpujilah Allah dan Ba[a Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan. (1 Petrus 1:3) Kematian Yesus Kristus adalah sempurna seutuhnya bagi orang berdosa. Ia mati di puncak bukit Golgota di kayu salib yang hina untuk dosa-dosa segenap umat manusia. Yesus Kristus mati untuk dosa kita dan secara khusus untuk setiap orang secara pribadi.

Kalau anda melihat atau memotong Tumpeng, ingatlah akan kematian Yesus di kayu salib di bukit Golgota, sayangnya banyak yang tidak menyadari makna Tumpeng secara rohani, padahal kita sudah menyantap kematianNya dengan nikmat.

Tumpeng adalah tradisi Nusantara dan dimiliki oleh aneka kelompok masyarakat di Nusantara. Budaya Tumpeng sesuatu yang diterima oleh seluruh masyarakat. Tumpeng lahir, tumbuh dan besar dalam wilayah Nusantara.



sumber: weruah.wordpress.com/2011/11/26/sejumlah-makna-dalam-simbolisasi-tumpeng-di-nusantara/ 
Publikasi perdana~> Sat, 26 Nov 2011 14:24:15 +0000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apakah Anda memiliki saran dan usulan terhadap blog ini, 
Jika ada mohon agar dapat disampaikan. 
Saran dapat disampaikan melalui

1. Facebook.

2.Twitter


3. Email Send mail
"Berilah nasihat, pertahankanlah hak, jadilah naungan yang teduh di waktu rembang tengah hari; sembunyikanlah orang-orang yang terbuang, janganlah khianati orang-orang pelarian!
Yesaya 16:3

Betapa banyak perbuatan-Mu, ya TUHAN, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu


Prayer Cycle
11 May - 17 May 2014
EHC Prayer

Sebab semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa
Kalender Doa Bulan April

Aku akan memberi mereka suatu hati untuk mengenal Aku, yaitu bahwa Akulah TUHAN. Mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku ini akan menjadi Allah mereka, sebab mereka akan bertobat kepada-Ku dengan segenap hatinya (Yeremia 24:7)

Tetaplah berdoa
"Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya."