Tidak. Ilmu pengetahuan didasarkan atas pengamatan dan pengulangan. Mukjizat seperti kelahiran Kristus dari anak dara dan kebangkitan, adalah kejadian-kejadian yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Tidak seorang pun yang dapat mengulangi kejadian-kejadian ini di dalam laboratorium. Jadi, ilmu pengetahuan bukanlah hakim yang dapat memutuskan apakah kejadian-kejadian ini terjadi atau tidak.
Metode ilmiah berguna untuk mempelajari alam tetapi bukan untuk supra-alami. Sebagaimana bintang-bintang sepakbola berbicara di luar bidang keahlian mereka ketika mereka muncul di televisi untuk memberitahukan kepada Anda pisau cukur mana yang harus Anda beli, maka para ilmuwan juga berbicara di luar bidang keahlian mereka ketika mereka membahas masalah teologis seperti mukjizat atau kebangkitan.
Sebetulnya terdapat sejumlah alasan yang cukup untuk mempercayai mukjizat Alkitab.
Banyak saksi mata masih hidup ketika catatan tersebut dipublikasi.
- Satu faktor yang sangat penting adalah pendeknya jangka waktu antara pelayanan umum Yesus yang disertai keajaiban dengan munculnya kitab-kitab injil sendiri. Tidak cukup waktu bagi berkembangnya legenda mengenai mukjizat Yesus saat itu masih hidup dan mereka akan menyanggah setiap kisah mujizat yang tidak benar. ( lihat 1 Kor 15:6)
Orang-orang berkarakter mulia.
- Kita juga harus menyadari karakter mulia dari orang-orang yang memberi kesaksian atas mukjizat ini (Petrus, Yakobus dan Yohanes, misalnya). Orang-orang ini tidak akan memberikan informasi yang menyesatkan dan malahan rela menyerahkan hidup mereka ketimbang menyangkal iman mereka.
Saksi-Saksi yang Bermusuhan Tidak Menyangkal.
- Ada banyak saksi yang menentang mukjizat Kristus. Ketika Kristus membangkitkan LAzarus dari orang mati, misalnya, tidak ada satupun dari imam kepala atau orang-orang Farisi yang menyangkal mukjizat tersebut (Yoh 11:45-48). Jika mereka dapat menyangkal, mereka pasti melakukannya. Tujuan mereka hanyalah untuk menghentikan Yesus (ayat 47-48) Bahkan karena begitu banyaknya saksi mata yang memusuhi dan telah mengamati serta menyelidiki Kristus dengan teliti, kisah mukjizat 'bohongan' tentang pelayanan-Nya tidak mungkin dapat berhasil.
Ilmu Pengetahuan, Alam dan Alkitab.
Saya percaya bahwa alam dan Alkitab, jika ditafsirkan dengan sesuai, tidak akan bertentangan.
Allah telah berkomunikasi kepada manusia baik melalui pernyataan umum (alam atau alam semesta yang dapat diamati) dan pernyataan khusus (Alkitab).
Karena kedua pernyataan ini datang dari Allah - dan karena Allah tidak dapat berkontradiksi dengan diri-Nya sendiri - kita harus simpulkan bahwa kedua pernyataan ini akan sesuai satu sama lainnya. Kendatipun mungkin ada konflik antara penafsiran seseorang terhadap alam semesta yang diamati dengan penafsiran seseorang akan Alkitab, namun tidak akan ada kontradiksi yang sesungguhnya.
Kita dapat berkata bahwa ilmu pengetahuan adalah penafsiran manusia yang dapat kekeliru terhadap alam semesta yang dapat diamati sementara teologia adalah penafsiran manusia yang dapat keliru terhadap Alkitab.
Jika seorang sekuler menantang ide bahwa ilmu pengetahuan dapat keliru, ingatkan dia akan apa yang telah dibuktikan oleh ahli sejarah ilmu pengetahuan Thomas Kuhn dalam bukunya The Structure of Scientific Revolutions - yaitu, ilmu pengetahuan berada dalam status perubahan yang terus menerus. Penemuan-penemuan baru secara konsisten telah menyebabkan paradigma ilmu pengetahuan lama dibuang dan digantikan oleh paradigma baru.
Inilah kuncinya : Bukan alam dan Alkitab yang bertentangan; namun, ilmu pengetahuan {penafsiran manusia yang dapat keliru terhadap alam} dan teologia {penafsiran manusia yang dapat keliru terhadap Alkitab} yang kadang-kadang jatuh ke dalam pertentangan.
JAdi orang-orang sekuler tidak dapat begitu saja menyepelekan bagian-bagian tertentu dari Alkitab karena "ilmu pengetahuan dan Alkitab bertentangan". Yang bertentangan manusia yang menafsirkannya.
Pustaka : ChristianAnswer.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar