Pendengaran manusia terkaitan dengan sistem pendengaran manusia menunjukkan bahwa pria lebih sensitif pada suara-suara berfrekuensi rendah dan wanita cenderung pada suara berfrekuensi tinggi. Sensitivitas dan mekanisme pertahanan sistem pendengaran akan berkurang seiring pertambahan usia. Pengurangan sensitivitas juga dipengaruhi oleh durasi.
Keheningan dalam kontek ini adalah tidak adanya sumber suara. Dalam proses belajar mengajar, kebisingan nol adalah sinyal yang diberikan kepada para siswa untuk berhenti berbicara, untuk membuat mereka memberikan perhatian penuh kepada pengajar dan untuk membuat tangan dan tubuh pun diam. Di balik keheningan yang membuat fokus pendengar terarah kepada satu sumber suara, yakni pengajar, keheningan mengajar juga kepada kita untuk berbicara.
Dengan berbicara dari keheningan maka perhatian selayaknya untuk kebutuhan pendengar sehingga memiliki daya partisipasi aktif, daya kreatif dan daya rekreatif.
Dalam mengajar manusia yang dalam kasus ini diwakili orang Israel.
Tuhan saat mendidik bangsa Israel dan memberikan hukum Taurat dilakukan dalam kondisi yang memaksa untuk hening. Israel mendapatkan Taurat di padang gurun. di padang gurun Tuhan Allah menyatakan kemuliaan-Nya sehingga orang Israel diam membisu. Dalam kondisi diam, hening - Tuhan menyampaikan Firman-Nya yang membuat semua orang Israel mengetahui dengan jelas kehendakNya dan menjadikan Israel saat mengerti dan mengikat perjanjian dengan Allah.
Yesus mengajar orang banyak, diskusi kelompok, dan individu memperhatikan faktor kebisingan. Yesus berkata-kata dengan penuh wibawa dan kuasa yang menyebabkan pendengar bahkan alam dan roh jahat mengetahui maksudNya. saat Yesus mengajar, perkataan diterima oleh sistem pendengaran manusia.
Pengamat pendidikan modern memperhatikan beberapa variasi dari sinyal kebisingan nol, seperi masalah waktu, sinyal isyarat seperti mengangkat tangan dan penghargaan / rekognisi spesial yang tergantung pada keefektifan penghargaan positif kepada kelompok pendengar.
Matius 13:54, "Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang disitu si rumah ibadat mereka. Maka tabjublah mereka dan berkata : darimana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat itu? Dalam konsentasi yang tertuju mendengar hanya kepada satu sumber suara maka pendengar akan mengetahui isi dan maksud pembicara yang mengajar, dan Yesus melakukan hal demikian. Namun saat terjadi kebisingan maka Ia menahan diri-Nya menyesuaikan dengan situasi dalam konteks tersebut tidak banyak melakukan mujizat. (Mat 13:57-58)
Mujizat adalah sebuah pesan dan berita yang menyertai dalam pelayan Yesus saat kondisi mengajar menunjang.
Dalam kondisi yang memungkinkan manusia menangkap maksud Tuhan ada kesempatan Tuhan menyatakan Firman-Nya. Misal waktu saat teduh pribadi.
Adakah waktu khusus untuk mengizinkan Tuhan berfirman kepada kita? Sebagaimana orang-orang yang mendengar Yesus dengan hati terbuka dan sungguh-sungguh menjadi takjub, maka hal yang sama ingin dilakukan juga kepada Anda? Adakah waktu dan kondisi yang memungkinkan Dia berfirman?
Sumber : - weruah.wordpress.com/2010/10/18/proses-belajar-mengajar-dalam-keheningan/
Publikasi Perdana ~> Mon, 18 Oct 2010 16:10:29 +0000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar